Intisari Ajaran Kitab Suci
Ditulis Oleh: Ust. Saeful Fitriana, M.Si
Dikisahkan dalam kitab “Ayyuhal Walad” karya Imam al-Gazali bahwa pada suatu hari Sang Guru, Syaikh Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada seorang muridnya, Hatim al-Asham:
“Engkau telah menemaniku selama 30 tahun, apa yang telah engkau peroleh?”
Hatim menjawab: “Aku telah medapatkan delapan faedah dari ilmu-ilmumu dan hal ini sudah cukup bagiku untuk mengharapkan keselamatanku.
Sang Syaikh lalu bertanya: “Apakah itu?”
Hatim menjawab:
Pertama, aku telah mengamati semua makhluk, kemudian aku menilai masing-masing dari mereka saling mencintai dan merindukan. Sebagian kekasih ada yang menemaninya sampai sakit menjelang ajal, sebagian yang lain mengantarkan sampai pinggir liang kubur, lalu semuanya pulang meninggalkannya dalam keadaan sendiri dan sepi, tidak ada satu orang pun yang mau masuk bersamanya ke dalam kubur. Aku pun berfikir dan berpendapat bahwa sebaik-baik kekasih adalah yang bisa ikut masuk ke dalam kubur dan menghiburnya di sana, dan aku tidak menemukannya kecuali amal shaleh, maka aku pun menjadikannya sebagai kekasihku supaya bisa menjadi lampu penerang dan penghibur di dalam kuburku dan tidak meninggalkanku seorang diri.
Kedua, aku telah melihat para makhluk mengikuti hawa nafsunya dan bersegera memenuhi keinginan-keinginannya, kemudian aku memikirkan firman Allah Ta’ala: “Adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya”. Aku pun menjadi yakin bahwa Al-Qur’an adalah benar sehingga aku bergegas melawan nafsuku, mempersiapkan diri untuk memeranginya dan mengendalikannya sampai nafsuku rela untuk mentaati Allah SWT.
Ketiga, aku telah melihat tiap-tiap manusia berusaha mengumpulkan harta dunia dan menyimpannya untuk dirinya sendiri, kemudian aku memikirkan firman Allah Ta’ala: “Apapun yang ada di sisimu akan lenyap dan apa yang di sisi Allah adalah kekal”. Aku pun mempersembahkan hasil perolehanku dari dunia untuk Allah Ta’ala, lalu aku bagikan pada orang-orang miskin sebagai simpananku di sisi Allah Ta’ala.
Keempat, aku telah melihat sebagian manusia beranggapan bahwa kemuliaan dan keluhurannya itu dalam hal banyaknya pengikut dan suku, maka dia telah tertipu. Sebagian yang lain beranggapan dari banyaknya harta dan keturunan kemudian mereka merasa bangga. Sebagiannya lagi beranggapan bahwa kemuliaan itu jika bisa mengambil harta orang lain tanpa izin, menganiaya mereka, dan membunuh mereka. Kelompok lain berkeyakinan bahwa kemuliaan dan keluhurannya itu dalam hal menghambur-hamburkan harta, hidup mewah dan berfoya-foya. Aku lalu merenungi firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”. Aku pun memilih takwa dan aku yakin bahwa Al-Qur’an adalah benar, sedangkan prasangka dan anggapan mereka semua adalah kebatilan yang akan cepat berlalu.
Kelima, aku melihat para manusia saling mencela dan saling menggunjing, kemudian aku menemukan hal tersebut dikarenakan kedengkian dalam hal harta, jabatan, dan ilmu. Aku lalu merenungi fiman Allah Ta’ala : “Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia”. Aku pun tahu bahwa pembagian penghidupan itu telah ditentukan Allah Ta’ala sejak zaman azali sehingga aku tidak dengki pada satu orang pun dengan pembagian Allah Ta’ala.
Keenam, aku telah melihat sebagian manusia saling bermusuhan dengan sebagian yang lain karena suatu tujuan dan sebab. Aku lalu merenungi firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah dia sebagai musuh”. Aku pun tahu bahwa tidak boleh memusuhi seorang pun kecuali kepada setan.
Ketujuh, aku telah melihat setiap individu berusaha dengan sungguh-sungguh dan sangat giat bekerja untuk memperoleh makan dan penghidupan sehingga dia terjatuh dalam hal yang syubhat dan haram serta mau merendahkan diri dan menurunkan harga dirinya. Aku lalu merenungi firman Allah Ta’ala: “Tidak ada satu pun makhluk bernyawa di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya”. Aku pun tahu bahwa rezekiku telah dijamin oleh Allah Ta’ala dan Dia benar-benar menjaminnya sehingga aku menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya dan aku putuskan harapanku dari selain-Nya.
Kedelapan, aku telah melihat setiap orang mengandalkan sesuatu yang bersifat makhluk, sebagian mengandalkan dirham dan dinar, sebagian yang lain mengandalkan harta dan kekuasaan, sebagiannya lagi mengandalkan pekerjaan dan keahlian, sebagian yang lain mengandalkan makhluk sesamanya. Aku lalu merenungi firman Allah Ta’ala: “Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya dan sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap perkara”. Aku pun berserah diri kepada Allah. Dialah yang mencukupiku dan Dia adalah sebaik-baiknya penjamin.
Setelah mendengarkan jawaban Hatim al-Asham, Syaikh Syaqiq al-Balkhi berkata: “Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberimu pertolongan. Sesungguhnya aku telah mempelajari kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an, lalu aku menemukan bahwa keempat kitab tersebut berkisar pada delapan faedah ini, sehingga siapa saja yang telah mengamalkan delapan faedah tersebut maka sejatinya dia telah mengamalkan empat kitab ini”.